Senin, 26 November 2012

Effendi Simbolon Tak Ingin "Beli" Suara Rakyat Sumut

Medan, (Analisa). PDI Perjuangan mengusung Drs Effendi Simbolon - Drs H Djumiran Abdi (ESDA), ingin menjadikan Pilkada Sumut sebagai lanjutan tata cara berpolitik bersih tanpa money politics sebagaimana sudah diterapkkan di beberapa daerah sebelumnya, termasuk Pilkada DKI yang dimenangkan pasangan Jokowi-Basuki. Hal itu disampaikan Deddy Yevri Sitorus dari Desk Pilkada DPP PDI Perjuangan kepada wartawan di Medan, Minggu (25/11).

"Rakyat termasuk masyarakat Sumut sudah semakin cerdas. Kalau dulu ada istilah "ambil saja uangnya pilihan terserah", sekarang bahkan sudah sampai pada taraf berani menolak uang. Hal seperti ini yang ingin didukung dan ditumbuhkembangkan PDI Perjuangan, termasuk di Sumatera Utara, sehingga nantinya terpilihlah pepimpin yang benar-benar sesuai dengan keinginan, paling tidak mendekati," kata Deddy.

Dia tidak menampik, bahwa saat ini ada kekhawatiran beberapa pihak tertentu, bahwa Effendi Simbolon, yang kebetulan pengusaha sukses dengan dana melimpah, belum lagi dukungan dari berbagai pihak, akan "membeli" suara Rakyat Sumut. "Tapi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan tegas mengatakan, bahwa semua kandidat harus menang dengan cara terhormat, dan kalau pun kalah, juga dengan terhormat. Salah satu maknanya adalah, bahwa politik uang dilarang," kata Deddy.

Effendi Simbolon sendiri, kata Deddy lagi, juga menegaskan, dirinya tidak ingin merendahkan warga Sumut dengan melakukan money politics. "Effendi Simbolon tidak ingin "membeli" Rakyat Sumut, karena dia ingin terikat secara permanen dengan warga Sumut." kata Deddy.

Mungkin, dengan keberadaan dia saat ini, lanjutnya, bisa saja dia melakukan money politics. Tapi tentu konsekuensinya jelas. "Andai dia menang dengan cara demikian, maka dia tidak ada ikatan dengan pemilih, karena urusan sudah selesai saat suara mereka "dibeli", dan Effendi Simbolon tidak mau hal seperti ini terjadi," katanya.

Soliditas


Terkait soliditas PDI Perjuangan, Deddy Yevry menegaskan, bahwa sama sekali tidak ada tanda-tanda perpecahan di partai. Itu katanya, terbukti saat acara deklarasi tim pemenangan kemarin di Medan, secara spontan, setelah memaparkan strategi-strategi pemenangan, para kader, pengurus, maupun anggota dewan dari PDI Perjuangan mulai tingkat kabupaten sampai pusat, secara spontan memberi sumbangan dana untuk pemenangan Effendi Simbolon- Djumiran Abdi.

"Dana yang terkumpul mencapai Rp1 miliar hanya dalam satu kesempatan tersebut. Dan itu akan terus berkembang, karena kader-kader di daerah juga tidak mau ketinggalan ingin menyumbangkan apa saja yang mereka bisa untuk memenangkan pasangan yang diusung PDI Perjuangan," katanya.

Ditambahkannya, bagi PDI Perjuangan, pilkada bukan sekadar acara mengejar kekuasaan tapi pekerjaan ideologis, yang salah satu tujuannya adalah, menjalin hubungan yang kuat antara masyarakat dengan partai, termasuk calon yang diusung.

"Untuk itulah, PDI Perjuangan saat ini ingin merubah paradigma, bahwa pilkada adalah jual beli suara. Tapi PDI Perjuangan ingin agar dalam pilkada, peran masyarakat pemilih lebih besar, dengan turut memberi dukungan moril dan materil kepada calon. Dengan demikian, maka akan tercipta pemimpin yang punya utang moral kepada pemilih, bukan penguasa yang berhasil membeli suara," katanya. (sug)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar